Siapa yang berhak menimbang antara mashlahat dan mafsadah?

*Siapa yang berhak menimbang antara mashlahat dan mafsadah?*

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

معيار مقادير المصالح والمفاسد هو بميزان الشريعة؛ فمتى قدر الإنسان على اتباع النصوص لم يعدل عنها، وإلا اجتهد برأيه لمعرفة الأشباه والنظائر، وقلَّ أن تحوز النصوص من يكون خبيراً 
بها وبدلالتها

مجموع الفتاوى (28/129).

“Parameter menentukan mashlahat dan mafsadah adalah timbangan syari’at. Kapan saja seorang insan mampu mengikuti nash maka ia tidak boleh menyimpang darinya. Jika tidak, maka ia berijtihad dengan pendapatnya untuk mengenal Al Asybah wan nadzoir. Dan sedikit yang dicakup oleh nash oleh orang yang sangat berilmu tentangnya dan dilalahnya.” (Majmu Fatawa 28/129)

Ini menunjukkan bahwa untuk mempertimbangkan antara mashalahat dan mafsadah membutuhkan pengetahuan yang luas terhadap nash dan ijtihad. 
Doktor Asyraf Abdurrahman menyebutkan bahwa syarat syarat orang yang menimbang antara mashlahat dan mafsadah adalah : berilmu dengan kaidah kaidah maqashid syari’ah. Mengetahui kaidah kaidah untuk mentarjih antara mashlahat dan mafsadah.

Adapun orang awam yang tak mampu berijtihad, selama bukan keadaan darurat kewajiban mereka adalah bertanya kepada para ahli ilmu. Karena itulah yang Allah perintahkan dalam firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
(An-Nahl - 43)

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1868880573305378&id=100005503590633

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

0 comments