Kebahagiaan Wanita di Mulut & Telinganya, Laki-Laki di Matanya

*Kebahagiaan Wanita di Mulut & Telinganya, Laki-Laki di Matanya*

Bukan rahasia lagi bahwa wanita adalah makhluk yang senang untuk dipuji. 

Mendengarkan kalimat yang menyenangkan, kalimat pujian untuknya, bisa membuatnya lebih nyaman, percaya diri, dan merasakan kepuasan. 

Kepuasan lainnya adalah suka bercerita panjang lebar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh sosok suami yang suka memuji istrinya dan suka mendengarkan curahan hati istrinya. Hal itu biasa beliau lakukan menjelang tidur. 

Salah satunya beliau pernah mendengarkan dengan seksama cerita yang cukup panjang dari ‘Aisyah tentang kisah Abu Zar’ dan Ummu Zar’. 

Beliau bersabar mendengarkannya hingga di akhir cerita, beliau memberikan komentar romantisnya kepada ‘Aisyah,

كُنْتُ لَكِ كَأَبِي زَرْعٍ لِأُمِّ زَرْعٍ إِلاَّ أَنَّ أَبَا زَرْعٍ طَلَّقَ وَأَنَا لاَ أُطَلِّقُ

“Aku bagimu seperti Abu Zar’ seperti Ummu Zar’ hanya saja Abu Zar’ mencerai dan aku tidak mencerai.” (HR Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 270)

Jika kepuasa wanita berada di mulutnya yang suka bercerita dan di telinganya yang suka mendengarkan pujian, maka beda halnya dengan laki-laki. 

Umumnya laki-laki tidak begitu mengharapkan pujian. Laki-laki juga tidak begitu tertarik untuk ngobrol panjang lebar, curhat sana-sini. Laki-laki lebih suka to the point.

Kepuasan laki-laki cenderung berada di matanya berupa pandangan. 

Laki-laki suka melihat sesuatu yang menarik baginya, seperti melihat rumah atau mobil yang bagus, melihat wanita yang cantik, karenanya dia akan suka kalau istrinya tampil cantik dan menawan.

Setanpun menghiasi wanita yang bukan mahram agar cantik di mata laki-laki, meskipun wanita tersebut tidak lebih cantik dari istrinya, tapi setan menggoda agar terlihat cantik sehingga para suami lupa akan istrinya. 

Demikianlan secara umum agar laki-laki terfitnah oleh ujian wanita.

Perhatikan hadits berikut beserta penjelasan ulama,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya(untuk menggoda laki-laki).” (HR. At-Tirmidzi no. 1173, dishahihkan oleh Al-Albani)

Syaikh Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan,

( فإذا خرجت استشرفها الشيطان ) أي زينها في نظر الرجال وقيل أي نظر إليها ليغويها ويغوى بها والأصل في الاستشراف رفع البصر للنظر إلى الشيء

“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. 

Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (الاستشراف) adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 4/283)

Sebagian orang bijak mengatakan: “mayoritas maksiat wanita berada di mulutnya dengan kalimat-kalimatnya, sedangkan mayoritas maksiat laki-laki berada di matanya dengan pandangan-pandangannya”. 

Oleh karena itu, ketika menangis umumnya wanita meletakkan tangan pada mulutnya sedangkan laki-laki meletakkan tangan pada matanya, seolah-olah mereka tahu darimana banyak munculnya dosa-dosa.

Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta.

0 comments